Sejarah tentang nopia memang sangat menarik untuk dibahas, kue tradisional khas Banyumas ini memiliki cara pembuatan yang cukup unik dan rasanya juga sangat otentik.
Banyumas adalah salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Ibu Kotanya adalah Purwokerto dan kebanyakan orang di sini menggunakan bahasa Jawa Ngapak. Tidak hanya tempat wisatanya yang begitu bagus, kabupaten ini memiliki kue unik bernama nopia.
Jika Anda suka kue yang manis gula merah, nopia bisa menjadi camilan sore dan disantap bersama dengan kopi. Berikut ini, kami akan memperkenalkan kepada Anda fakta sejarah nopia, kue khas dari Kabupaten Banyumas.
7 Fakta Sejarah Tentang Nopia yang Jadi Oleh-Oleh Khas Banyumas
Oleh-oleh khas Banyumas sangatlah banyak. Mulai dari keripik tempe, gethuk goreng, jenang jaket, tempe mendhoan, lanting, hingga nopia.
Masing-masing makanan tradisional Banyumas, memiliki sejarahnya masing-masing, termasuk dengan kue yang akan kami bahas kali ini, yaitu nopia.
Sejarah tentang nopia sebenarnya cukup panjang karena kue ini sudah ada sejak tahun 1800-an. Jika zaman dulu, mungkin sangat sulit untuk memakan kue satu ini. Namun, sekarang sudah banyak yang menjualnya secara bebas dan harganya murah.
Nopia adalah kue kering yang bentuknya setengah lingkaran seperti kubah. Sebab, bagian atasnya membulat, tapi bagian bawahnya rata. Bagian luarnya memang keras cenderung gurih, sementara di dalamnya ada adonan gula merah yang begitu lembut.
Sekarang, tidak hanya rasa gula merah saja, tapi rasa coklat, keju, kacang hijau juga ada. Dengan semua keunikannya, berikut adalah beberapa fakta dari sejarah tentang nopia yang perlu Anda ketahui :
1. Tahun 1880, Pertama Kali Diperkenalkan
Di Banyumas, nopia diperkenalkan pada tahun 1880-an oleh etnis tionghoa. Pada saat itu, bahan isiannya adalah daging babi dan bawang.
Namun, seiring berkembangnya waktu, isiannya dimodifikasi menjadi gula merah karena kebanyakan orang Banyumas menganut agama Islam dan gula merah sangat mudah untuk didapat.
Selain di Banyumas, ternyata ada juga sejarah tentang nopia di Purbalingga. Di Kabupaten Purbalingga, nopia diperkenalkan pada tahun 1940-an.
Pada saat itu yang memproduksi adalah sebuah pabrik rumahan dan merknya adalah Nopia Asli yang didirikan oleh Ting Ting Siang.
Pada awalnya, produk nopia dari Ting Ting Siang belum ada merk. Sampai akhirnya usaha diturunkan kepada anaknya bernama Ting Lie Liang atau Sudibyo Ardianto, merk Nopia Asli akhirnya diresmikan.
2. Memiliki Berbagai Nama Selain Nopia
Anda juga harus tahu, bahwa selain nopia, beberapa orang juga menyebutnya dengan nama lain. Ada yang menyebutnya dengan telur gajah, ndoh gledhek atau telur halilintar.
3. Bentuk Nopia yang Begitu Unik
Berdasarkan catatan sejarah tentang nopia, dari dulu hingga sekarang bentukannya memang tetap sama. Bentuk nopia itu setengah lingkaran. Bagian atasnya memang membulat dengan kulit tipis tapi padat. Sementara bagian bawahnya rata, sedikit tebal dan keras.
Warnanya memang putih gading dan cukup besar. Itulah mengapa ada yang menyebutnya telur gajah. Tapi ada juga versi mininya dan disebut dengan mino atau mini nopia.
4. Bahan Pembuat Kue Nopia Cukup Sederhana
Di dalam sejarah tentang nopia, bahan kue kering ini cukup sederhana. Bahan dasarnya sendiri adalah tepung terigu, minyak goreng dan gula merah.
Untuk zaman sekarang, rasa dari nopia juga sangat beragam. Jika dulunya isian daging atau bawang merah goreng, kini sudah ada rasa cokelat, durian, kacang hijau dan lain sebagainya.
5. Tahapan Pembuatan Nopia yang Bertahap
Proses pembuatan kue ini juga unik dan bertahap. Di mana Anda harus membuat bahan isiannya terlebih dulu. Setelah itu, bahan isian perlu didiamkan beberapa saat.
Selama mendiamkan adonan isi, Anda membuat adonan kulitnya yang harus diuleni sampai kalis dan tidak mudah sobek. Inilah nantinya yang akan membuat kue nopia memiliki bagian luar yang renyah.
6. Proses Memanggang Nopia Di Dalam Tong
Proses pemanggangan kue ini terbilang sangat unik. Memanggang nopia tidak di oven, melainkan di tunggu yang bentuknya seperti menara.
Tungku tersebut sebelumnya harus dipanaskan terlebih dulu menggunakan suluh atau pelepah kulit kelapa. Tujuannya, agar konsistensi rasanya terjaga.
Jika sudah panas, tungku dibersihkan dan adonan nopia siap dipanggang dengan cara menempelkannya ke dinding tungku. Dengan suhu panas, nopia bisa matang dalam waktu kurang lebih 15 menit.
7. Wisatawan Bisa Melihat Langsung Pembuatannya di Desa Sentra Nopia
Wisatawan yang datang ke Kabupaten Banyumas juga bisa melihat proses pembuatannya secara langsung. Anda bisa langsung datang ke Sentra Nopia di Desa Sudagaran, Desa Pekunden serta Desa Kalisube, Banyumas.
Di Desa Pekunden yang dekat dengan alun-alun Banyumas, telah diresmikan sebagai wisata home industri sejak Juli 2018.
Jika Anda penasaran dengan rasanya, ketika datang ke Banyumas bisa langsung datang ke pusat oleh-oleh untuk membelinya. Meski sejarah tentang nopia tidak berakar asli dari Banyumas, namun orang-orangnya tetap melestarikan kue ini hingga sekarang.