Mengenal Penyakit Exploding Head Syndrome yang Sangat Langka

4 min read

Penyakit Exploding Head Syndrome atau EHS merupakan gangguan tidur yang jarang orang ketahui. Kondisi ini tersebut juga dengan sebutan sindrom kepala meledak sebagai gangguan tidur langka yang belum banyak diketahui.

Meski memiliki nama yang cukup menakutkan, namun penyakit ini tidak menimbulkan kerusakan secara fisik atau rasa sakit. Namun EHS, menjadi kondisi yang dapat mengganggu tidur dan menyebabkan kecemasan bagi penderitanya.

Mengenal Penyakit Exploding Head Syndrome

Penyakit Exploding Head Syndrome merupakan gangguan tidur di mana penderitanya memiliki sensasi mendengar suara keras maupun kilatan cahaya secara mendadak.

EHS merupakan gangguan tidur yang termasuk dalam kategori parasomnia. Yaitu suatu kondisi abnormal yang terjadi saat penderitanya tengah tidur. Di mana biasanya terjadi saat memasuki fase tidur atau bangun tidur.

Tanda dari kondisi ini sendiri yaitu munculnya sensasi mendengar suara keras seperti ledakan atau kilatan cahaya. Di mana sensasi tersebut muncul di kepala seseorang saat sedang fase tidur ringan atau akan terbangun.

Meski memiliki nama cukup unik, namun tidak menyebabkan rasa sakit maupun cedera fisik. Suara yang terdengar secara tiba-tiba seringkali menimbulkan rasa sakit atau kebingungan bagi penderitanya.

Sementara itu, terdapat berbagai kelompok orang yang berisiko mengalami kondisi ini. EHS sendiri dapat menimpa siapa saja, namun beberapa faktor dapat meningkatkan risikonya.

Penyakit exploding head syndrome terpengaruh oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, stres, gangguan kecemasan, hingga pola tidur. Untuk orang dengan kelompok usia dewasa hingga paruh baya memiliki lebih banyak risiko.

Meski begitu, kelompok usia anak-anak dan lansia juga dapat terkena EHS. Untuk kelompok jenis kelamin, perempuan cenderung lebih sering mengalami daripada laki-laki.

Selain itu, tingkat stres tinggi atau gangguan kecemasan juga dapat menjadi penyebab EHS. Bahkan bisa juga memperburuk keadaan bagi penderita EHS. Pola tidur tidak teratur atau kurang tidur juga dapat meningkatkan risikonya.

Risiko lainnya adalah penggunaan obat tertentu yang dapat mempengaruhi sistem saraf. Penggunaan obat tersebut membuat seseorang berisiko terkena EHS.

Gejala Exploding Head Syndrome

Penyakit exploding head syndrome memiliki gejala tersendiri yang patut untuk Anda waspadai. Namun gejala paling utama adalah sensasi suara keras yang muncul secara tiba-tiba.

Sensasi tersebut terjadi ketika sedang tidur dan membuat orang akan terbangun dari tidurnya. Namun selain itu, terdapat beberapa gejala yang cukup umum terjadi. Beberapa gejala tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Suara Keras yang Mendadak

Salah satu gejala terjadinya EHS adalah munculnya suara keras secara mendadak. Suara tersebut bisa berupa ledakan, kembang api, retakan, hingga tembakan.

2. Kilatan Cahaya Terang

Tidak hanya berupa suara ledakan, penderita EHS juga memiliki gejala lainnya. Beberapa penderita dapat melihat kilatan cahaya secara bersamaan dengan suara saat mengalaminya.

3. Rasa Takut serta Panik

Gejala berikutnya dari penyakit exploding head syndrome adalah munculnya perasaan cemas akibat dari suara yang timbul. Meski hal tersebut tidak menyebabkan bahaya secara nyata, namun akan tetap menimbulkan perasaan takut. Selain itu, penderitanya juga akan mengalami detak jantung cepat. Hal tersebut terjadi karena reaksi tubuh terhadap kejutan.

4. Kesulitan Kembali Tidur

Gejala berikutnya adalah sang penderita dapat mengalami kesulitan tidur kembali. Setelah mengalami EHS, beberapa orang akan sulit untuk melanjutkan tidur kembali. Alasannya karena terkejut serta rasa takut setelah munculnya EHS.

Gejala biasanya berlangsung cukup singkat, yaitu hanya beberapa detik saja. Namun secara efek, terutama psikologis dapat bertahan cukup lama.

Ketahui Penyebab Terjadinya EHS

Hingga saat ini, penyakit exploding head syndrome belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa teori kemungkinan terjadinya. Berikut ini beberapa penyebab dari EHS yang perlu diwaspadai:

1. Gangguan Sistem Saraf Pusat

Salah satu penyebab terjadinya EHS karena gangguan sistem saraf pusat. EHS terjadi akibat gangguan tidur terutama pada transisi fase tidur. Hal tersebut terjadi ketika otak gagal memastikan aktivitas tertentu saat beralih dari keadaan terjaga jadi tertidur.

2. Stimulasi pada Otak Secara Berlebihan

Ketika otak mengalami stres secara berlebihan atau kelelahan, dapat menjadi penyebab EHS. Gangguan tidur seperti EHS lebih mungkin terjadi pada orang dengan stimulasi otak secara berlebihan.

3. Masalah Neurotransmitter

Penyebab ini terjadi karena masalah di neurotransmitter. Ketidakseimbangan bahan kimia pada otak, seperti serotonin atau dopamin dapat menjadi penyebab. Selain masalah neurotransmitter, gangguan tidur juga dapat menjadi penyebabnya.

Kondisi seperti insomnia, apnea, hingga gangguan kecemasan. Gangguan tersebut dapat menyebabkan meningkatnya risiko EHS. Karena merupakan gangguan langka, banyak orang tidak melaporkan gejalanya.

Sementara itu, diagnosis biasanya berdasarkan pada kondisi medis atau gejala pasien. Untuk mengetahui kondisi secara jelas biasanya terdapat beberapa langkah. Seperti melalui wawancara medis, polisomnografi, hingga evaluasi psikologis.

Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus untuk penyakit exploding head syndrome. Sementara itu, berbagai pendekatan dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi hingga tingkat keparahan.

Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan manajemen stres. Stres atau kecemasan dapat menjadi pemicu utama dari EHS. Teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, yoga, dan meditasi dapat membantu menenangkan sistem saraf.

Selain itu, berguna juga dalam mengurangi risiko terjadi EHS. EHS menjadi gangguan tidur yang jarang terjadi namun dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Meski tidak berbahaya secara fisik, namun dapat mempengaruhi kualitas tidur.

Dengan menjaga kualitas tidur secara baik, dapat membantu mengurangi risiko penderita. Penderita penyakit exploding head syndrome dapat mengelola stres atau memperbaiki pola tidur untuk mengatasinya.

You May Also Like

More From Author